Di rumah yang sederhana terdapat sebuah keluarga yang
sangat harmonis. Tak ada kesan angkuh di keluarga tersebut. Mereka mudah
bergaul serta ramah kepada semua orang. Itulah alasan mengapa aku ingin mengenal mereka lebih dalam. Alhasil
keluargaku dengan keluarganya sudah seperti keluarga dekat. Aku berteman baik
dengan Wiwit. Umurnya tiga tahun lebih tua dari aku. Dia baik, pintar dan
rama. Dia sudah tamat dari SMA namun dikarenakan kondisi ekonomi maka ia harus
menghapus mimpinya dalam-dalam. Dan sekarang ia menjadi pelayan di sebuah toko roti.
Begitu juga dengan
keluarganya. Ayahnya seorang penjual kerupuk jangek dan ibunya seorang penjual
kue. Sedangkan kakaknya hanya membantu orang tua mereka berjualan dikarenakan
putus sekolah sejak SMA. Sekarang kakak itu sudah menikah dan memiliki seorang
anak .Namun malangnya mereka sudah bercerai dikarenakan suaminya ternyata sudah
menikah lagi. Mungkin itu merupakan bagian dari kejadian pahit yang harus
mereka hadapi. Walau begitu tak ku
lihat goresan sedih dari diri mereka. Mereka selalu bahagia dan tertawa
menjalani hari-harinya. Aku paham betul susahnya mencari uang demi menghidupi keluarga
mereka. Ditambah lagi mereka memiliki lima orang anak dan satu orang cucu. Mata
pencaharian hanya berasal dari berjualan kerupuk dan kue.
Tibalah di suatu saat
yang tak pernah ku sangkah sebelumnya. Kejadian yang amat sangat membuat mereka
termasuk aku sangat sedih. Bermula ketika ibu dan ayah kak wiwit selesai
bekerja dan hendak pulang ke rumahnya. Mereka pulang naik kereta dan kereta
itulah yang mereka gunakan setiap harinya. Tepat di Jalan Amplas kejadian itu
pun terjadi. Kereta mereka tersenggol oleh truk. Bukan hanya terjatuh malahan
kaki sebelahnya ibu kak wiwit terlindas oleh truk. Pada saat itu semua orang di
sana heboh dan langsung membawanya ke rumah sakit terdekat. Semua kami serahkan
kepada yang maha kuasa. Tak ada yang bisa dikatakan, hanya doalah yang kami panjatkan. Tibalah di saat yang mendebarkan ketika pak dokter mengatakan hal yang
sebenarnya terjadi. Ternyata kaki sebelah ibu kak wiwit harus segera diamputasi
sesegera mungkin dikarenakan luka yang sangat dalam dan jika tidak, luka
tersebut akan menjadi penyakit. Pada saat itu hanyalah kesedihan yang terjadi. Tangis dan tangis yang terus berderaian dari mata mereka. Sungguh bukanlah hal
yang mudah menerima kenyataan pahit itu. Tapi apa daya semua yang telah terjadi
harus kita lalui dengan kesabaran dan ketabahan. Hingga akhirnya proses operasi
itu berlangsung sedemikian rupa. Kini tak ku lihat kaki indah itu lagi. Tak
seperti dulu lagi.
Aku harus kuat melihat
apa yang telah terjadi. Aku tak mau memacu bertambahnya kesedihan mereka. Hari
berganti hari semua kegiatan mereka berlangsung seperti biasa. Seperti tidak
ada kejadian apa-apa. Kini tongkatlah yang menggantikan kaki ibu tersebut. Tongkatlah yang membantu ibu itu melalui hari-harinya seperti biasa. Seperti
tak ada kekurangan satu pun. Hari-hari dijalani dengan senyum bahagia. Bahkan
saat lebaran kemarin tiba, omset penjualan mereka melambung tinggi. Semua kue
terjual habis. Bahkan karena semakin banyaknya permintaan hingga akhirnya
penjualan juga dilakukan melalui media internet. Kini ku percaya dibalik semua
masalah yang kita hadapi pasti ada jalan keluarnya. Bahkan banyak pelajaran
yang bisa kita ambil dari sebuah masalah. Ada banyak pelajaran yang bisa ku
ambil dari kehidupan mereka. Sabar, bersyukur dan tersenyum itulah kuncinya.
Comments
Post a Comment